Minggu, 28 Oktober 2018

Yuk Simak Apa Sih Bedanya Orang Tua dan Orangtua

Dalam bahasa Indonesia, kata orang-tua punyai dua makna, ialah ‘ayah serta ibu’ ; ‘orang yg berumur tua’, serta ‘orang yg dikira tua/dihormati’. Tetapi, ada orang yg mengetahui penulisannya, ialah orang tua dengan makna ‘ayah serta ibu’, serta orang-tua jadi ‘orang yg berumur tua’. Apa benar demikian?

Pada awalannya, saran yg menjelaskan kalau tulisan orang-tua di kombinasi cuma saran liar serta tiada basic, serta tiada rekomendasi. Tidak tahu bagaimana ceritanya, saran ini masuk ke ranah jurnalistik. Banyak wadah yg mengamini saran itu.
Simaklah : contoh teks biografi

Orang-tua merupakan kata majemuk yg termasuk nomina majemuk. Kata majemuk dalam bahasa Indonesia ditulis terpisah terkecuali bentuk-bentuk terikat, umpamanya pascapanen, antarkota, serta prasejarah ; serta kata yg udah dikira padu ditulis serangkai, seperti matahari, saputangan, serta kacamata. Kata orang-tua tak termasuk juga dalam ke dua group itu.

Beberapa orang yg menulis orang tua mengerjakan hal semacam itu buat menjauhi ambiguitas atau ketaksaan makna orang-tua dalam kalimat, umpamanya pada kalimat " Rani tinggal berbarengan orang-tua " . Argumen ini lemah. Selanjutnya saya jabarkan sejumlah pertimbangannya.

Pertama, apabila tujuan orang-tua dalam kalimat itu merupakan ‘ayah serta ibu’, pembuat kalimat itu cukuplah menaikkan kata nya sehabis kata tua, " Rani tinggal berbarengan orang tuanya " . Kalimat ini tidak bisa berarti ‘Rani tinggal berbarengan orang yg udah tua yg bukan orang tuanya’.
Baca juga : pengertian paragraf

Ke dua, apabila tujuan orang-tua dalam kalimat itu merupakan ‘orang yg udah tua’, penulis kalimat itu dapat bertambahnya lewat kata penunjuk banyaknya, seperti seseorang atau dua orang sebelum kata orang-tua, umpamanya " Rani tinggal berbarengan seseorang tua " . Karena itu, kalimat itu tak ambigu.

Ke-tiga, apabila penulis bertahan mau bikin kalimat " Rani tinggal berbarengan orang-tua " dengan tujuan ‘Rani tinggal dengan bapak serta ibunya’, kita dapat menyaksikan tujuan penulis pada kalimat awal kalinya atau kalimat setelahnya.

Bahasa jadi media komunikasi tidak bisa berdiri cuma dalam sebuah kalimat begitu apabila penerima pesan belum juga dapat tangkap pesan dengan jelas. Tak ada orang yg tak diduga menyebutkan kalau dia tinggal berbarengan orang-tua, terus pergi demikian saja tiada memaparkan apa-apa. Dalam penuturan, penerima pesan dapat ajukan pertanyaan seandainya belum juga tahu dengan kalimat yg diungkapkan oleh pengirim pesan.

Butuh diingat, barusan kita bicara perihal tulisan orang-tua yg di kombinasi atau dipisah. Mempunyai arti, masalah ini cuma berlangsung pada tulisan. Dalam paragraf, ada kalimat khusus serta kalimat penjelas hingga kita dapat tangkap tujuan suatu tulisan. Kalimat “Rani tinggal berbarengan orang tua” belum juga penuhi unsur paragraf.

Pembaca dapat paham dengan pas arti kata orang-tua pada kalimat itu apabila ada kalimat penjelasnya. Umpamanya, Rani tinggal berbarengan orang-tua (kalimat khusus) . Walaupun udah menikah, dia terus tinggal berbarengan orang tuanya yg udah sakit-sakitan (kalimat penjelas) . Dia mau berbakti terhadap ibu serta ayahnya dengan menjaga ke dua orang-tua itu (kalimat penjelas) .

Karena itu, pembaca dapat paham skema linguistis kata orang-tua pada kalimat “Rani tinggal berbarengan orang tua”.  Arti suatu kata dapat disaksikan menurut skema linguistisnya.

Ke-4, kekurangan tulisan orang tua kelihatan seandainya kata itu jadikan kata kembali. Seandainya ditulis jadi kata kembali, orang-tua berubah menjadi beberapa orang tua, sebagaimana pada frasa beberapa orang tua siswa. Apabila ditulis orang tua, bagaimana caranya bikin kata ulangnya? Orangtua-orangtua? Dalam frasa, apa dia bisa jadi orangtua-orangtua siswa? Aneh khan?

Rumus paling gampang buat paham tulisan orang-tua merupakan mengingat kalau semua kata majemuk yg diawali terlebih dulu dengan kata orang ditulis terpisah, termasuk juga orang utan, seperti yg tertulis dalam KBBI. Sejumlah media pers di Indonesia memadukan tulisan orang utan berubah menjadi orangutan lantaran terbujuk tulisan orang utan dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, orang utan ditulis orangutan.

Polisemi
Dalam bahasa Indonesia, kata seperti orang-tua yg punyai dua makna dimaksud polisemi, ialah bentuk bahasa (kata, frasa, dan seterusnya) yg berarti lebih dari satu (KBBI V) , yg maknanya berkenaan. Kata beda yg termasuk polisemi,  salah satunya, kursi yg bermakna ‘tempat duduk’, serta ‘kedudukan’, ‘jabatan’ ; tangan yg bermakna ‘anggota tubuh dari siku hingga ujung jari’, serta ‘kekuasaan’, ‘pengaruh’.

Polisemi tidak sama dengan homonim. Menurut KBBI V, homonim merupakan ‘kata yg sama lafal serta ejaannya, namun tidak sama maknanya lantaran datang dari sumber yg tidak sama (seperti hak pada hak asasi manusia serta hak pada hak sepatu’. Contoh beda kata homonim, umpamanya, dapat yg bermakna ‘mampu’, serta dapat yg bermakna ‘racun’ ; tahu yg bermakna ‘mengerti’, tahu yg bermakna ‘makanan dari kedelai putih’.

Trik mengetahui pemanfaatan kata berpolisemi serta berhomonim biar tak menyebabkan ambiguitas merupakan menyaksikan skema linguistis pada kalimat atau paragraf tempat kata itu dimanfaatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar