Rabu, 05 Desember 2018

Inilah Derita Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Aku lulusan program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID), FKIP, UMS tahun 2012. Membaca porgram studi itu kadang aku bingung sendiri. Intinya itu jurusan buat belajar menjadi guru Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah (Bahasa Jawa). Untungnya, sekarang Daerah-nya dihapus, jadi PBSI: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Lebih enak terdengar.

Oya, aku lulus S1 setelah menyelesaikan kuliah selama 4 tahun 5 bulan. Ada cerita khusus tentang hal itu nantinya.

Kali ini akan kubagikan pengalaman suka duka menjadi mahasiswa PBSI. Apa yang akan kusampaikan hanyalah dari sudut pandangku saja. Super subyektif jadinya. : D

Inilah beberapa derita menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia..

1. Dipandang Sebelah Mata
Banyangkan dialog seperti ini saat reuni dengan teman-teman SMP atau SMA.
“Hai, sekarang kuliah di mana? Ambil jurusan apa?”
“Bahasa Inggris,” jawab seorang temanmu.
“Wow, hebat.”

“Matematika.”
“Kamu emang pinter sejak SMP.”

“Teknik Informasi dan Komunikasi.”
“Wah, mau jadi master komputer atau internet, nih.”

“Kedokteran.”
“Hebat banget kamu.”

“PGSD.”
“Sekarang memang lagi dibutuhkan banyak guru SD. Gampang cari kerja nanti.”

Terus tiba giliran kamu menjawab, “Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.”
“Oh...” jawab teman-temanmu yang lalu memalingkan muka atau mengalihkan topik pembicaraan.
Ugh, sakit kan digituin. Serasa kamu menjadi makhluk asing di antara teman-temanmu. Lalu kamu berkhayal seandainya kamu tidak tinggal di planet Bumi.

2. Sering Diolok-olok 
Ini ibu Budi. Itulah kalimat yang teringat saat orang mendengar pelajaran Bahasa Indonesia. Memori itu begitu kuat melekat bagi generasi yang melalui masa SD pada tahun 1990an - 2000.

Saat kamu katakan kamu kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, otomatis otak teman-temanmu memutar ulang memori masa SD dulu: Ini ibu Budi. Dengan santai dan tanpa merasa dosa mereka berceloteh, “Bahasa Indonesia kan gampang, Ini ibu Budi. Masa pakai kuliah segala.”

Ejekan yang lain yaitu, “Orang Indonesia kok belajar Bahasa Indonesia. Haha....”
Mendengar ejekan seperti itu mungkin kamu emosi, lalu tubuhmu bergetar --kebetulan juga pas bulan purnama-- hingga kamu pun berubah menjadi werewolf: mengamuk mengoyak-oyak seisi kampus. #cukup, hentikan imajinasi liarmu.

3. Tidak Punya Prospek
Kuliah di Kedokteran, pasti jadi dokter. Pekerjaan yang prestisius dengan gaji yang melimpah. Begitu juga jurusan yang lain yang hampir semuanya memiliki prospek pekerjaan yang bagus setelah lulus, termasuk jurusan pendidikan atau guru, kecuali...... (ada kecuali-nya, dengan pembacaan ditekan pada kata kecuali), kecuali guru Bahasa Indonesia.

Guru Bahasa Indonesia itu tidak penting. Orang sudah banyak yang bisa membaca. Apalagi SMP atau SMA. Jadi, SMP dan SMA tidak membutuhkan guru Bahasa Indonesia. Begitulah anggapan sebagian orang-orang.

Guru Matematika, dari TK sampai SMA, membutuhkannya. Juga IPA dan Bahasa Inggris. Tapi kalau guru Ini ibu Budi? Hahaha.... mengajar SD kelas satu atau dua saja.

Di luar sekolah, banyak ditawarkan les Matematika, les IPA, les Bahasa Inggris. Bahkan, les melukis serta les bermain gitar dan piano saja ada. Lha, les Bahasa Indonesia? Hahaha... mimpi...

Begitu. Kata sebagian orang-orang. Kamu jangan emosi lagi, sekarang tidak sedang bulan purnama, lho.

4. Belajar Lagi Cara Mengucapkan Huruf yang Benar
Jangan heran jika mahasiswa PBSI berlatih mengucapkan huruf dari a-z, persis kayak anak TK. Bedanya, ditambahi pengetahuan asal bunyi huruf tersebut, sebelas duabelas lah dengan ilmu makhorijul huruf saat belajar bahasa Arab.

Oya, aku belum menyebut bahwa setiap mahasiswa selain memahami, juga harus menghafalkanya. Aku kasih sedikit bocoran materinya seperti ini:
Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral (contohnya [p], [g], [f]), bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau / nasal (contohnya [m], [n], [ñ], [ŋ]). Bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagian keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan / dinasalisasi.
-----
Bunyi konsonan dapat diperikan berdasarkan artikulator dan daerah artikulasinya. Penamaan bunyi dilakukan dengan menyebutkan artikulator yang bekerja : labio- (bibir bawah), apiko- (ujung lidah), lamino- (daun lidah), dorso- (belakang lidah), dan radiko- (akar lidah), diikuti oleh daerah artikulasinya : -labial (bibir atas), -dental (gigi atas), -alveolar (gusi), -palatal (langit-langit keras), -velar (langit-langit lunak), -uvular (anak tekak).
---
Bila udara dari paru-paru dihambat secara total, maka bunyi yang dihasilkan dinamakan bunyi hambat (contohnya bunyi [p] dan [b]). Apabila arus udara melewati saluran yang sempit, maka akan terdengar bunyi desis, disebut bunyi frikatif (contohnya bunyi [f]). Apabila ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping lidah, disebut bunyi lateral (contohnya bunyi [l]). Apabila ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang, disebut bunyi getar (contohnya bunyi [r]).
---
Contohnya, huruf [f] termasuk bunyi labio-dental geseran (frikatif).
Sudah, segitu saja bocoran materi yang harus dihafal dan dipahami oleh mahasiswa PBSI karena aku yakin pikiranmu sudah ruwet membaca yang sedikit itu. Lanjut....

5. Disuruh Menulis Ringkasan Buku Bacaan
Mungkin cuma di jurusan PBSI ada dosen yang menyuruh mahasiswanya meringkas seluruh isi buku bacaan. Mending sih kalau meringkasnya dengan diketik. Yang bikin gregetan dan gemes maksimal sama dosennya itu kalau tugas meringkasnya ditulis tangan di buku tulis. Ini fakta. Mungkin hal ini bisa dimasukkan dalam jajaran 100 kejadian unik di dunia, dan kejadian ini menempati urutan lima besar.

Baca Juga: contoh teks eksposisi

Lalu, jika sudah selesai meringkas, disodorkan kepada dosen. Dosen melihat-lihat sebentar (katakanlah 4 sampai 5 detik) lalu ditanda tangani di bagian akhir ringkasan. Kamu membatin, ya ampuuunnnn, aku nulisnya berhari-hari, menghabiskan berlembar-lembar buku tulis, sampai rambutku keriting gini (bukannya kamu udah keriting dari lahir? Oh, iya, lupa), cuma dilihat sekilas dan ditanda tangani gitu tok. Nggak rela aku, Pak. Aku kan sudah berjuang mati-matian buat ngedapatin kamu, masa kamu cuma mengabaikan gitu. #Okey, ini mulai agak lebay. Sumber: http://bospengertian.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar