Rabu, 10 Juli 2019

Perajin Kayu yang Memberdayakan Para Difabel

Rully Novianto, seorang pengrajin kayu asal Dau, Kabupaten Malang, ingin membuktikan kalau anak-anak difabel juga bisa bekerja dan berkarya. Karena inilah, pada pertengahan Mei lalu, dia membuka pelatihan yang bertajuk ’Kelas Kayu’.
Tak hanya sekedar pelatihan, peserta dari pelatihan ini juga dilibatkan dalam proses produksi di 'bengkel kayu' Kajoetangan Woodcraft, yang berada di depan rumahnya. Meski istilahnya bengkel, tapi tidak seperti bengkel pada umumnya.
Baca Juga: jenis triplek
Di bengkel kayu, isinya adalah perlengkapan untuk memotong, menghaluskan, dan membentuk kayu. Serta terdapat juga tumpukan kayu-kayu serta furniture buatan tangan. Menariknya, para pekerja di sana mayoritas adalah teman-teman difabel. Ada yang harus memakai kruk untuk menyangga tubuhnya tapi begitu piawai dalam memotong kayu. Ada pula pria dengan kaki palsu atau prostetik yang begitu terampil dan telaten dalam memoles furniture almari. Seperti itulah suasana rumah Rully di daerah perumahan Omah Kampus, Dau, Kabupaten Malang.
Rully bercerita awal mula mengapa dirinya mengajak teman-teman difabel untuk bergabung dalalm pelatihan mengolah kayu, hingga bermitra dengannya."Saat itu saya dihubungi dari teman Difabel Creative Community (DC²) untuk memberikan pelatihan. Karena saya ingin bermanfaat, dan saat itu sama-sama membutuhkan, jadi langsung oke," ucapnya saat ditemui tugumalang.id, media online partner resmi kumparan.com, senin (19/6).
Ia beranggapan bahwa hal itu nantinya akan berbalik positif kepada dirinya."Menurut saya, yang lulus kelas kayu akan bermanfaat buat saya juga. Sebab nanti bisa jadi mitra," imbuhnya. Kelas Kayu yang digelar pada 19 Mei itu pun mengajarkan dasar-dasar untuk membuat kerajinan dari kayu, seperti pengenalan terhadap kayu, jenis-jenis mesin pengolah kerajinan kayu, serta proses finishing. "Bahkan saya ingin mereka ini nanti harus jadi bos-bos sendiri-sendiri," ujar pria kelahiran Jakarta tersebut.
Menurutnya, hal itu adalah proses belajar secara bersama-sama. Karena dirinya sebenarnya juga masih belajar. "Saya juga masih belajar, sebab pengaplikasian kayu ini sangat luas dan bermacam-macam," imbuh mantan fotografer sebuah media cetak di Malang ini. Ia menjelaskan bahwa saat ini di tempatnya membuat kerajinan kayu mulai dari gantungan kunci, hingga furniture seperti meja, kursi, hingga minibar dan kitchen set."Tapi untuk sekarang memang sebagian besar masih menyelesaikan orderan, ke depan rencananya juga lebih ke handycraft. Hanya saja saat ini kami tidak ingin pesanan jadi terbengkalai," terangnya.
Rully Novianto (tiga dari kanan) foto bersama dengan para difabel yang bekerjasama dengannya.(foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Terkejut Saat Kelas Pelatihan yang Ia Buka, Didatangi oleh Mendikbud
Tak hanya itu, ia mengaku terkejut kala membuka kelas pelatihan Kelas Kayu tersebut. Bagaimana tidak, secara tiba-tiba, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy datang memantau lokasi dan menyumbang alat pendukung untuk hal itu.
Momen ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy hadir dalam acara pelatihan kayu yang digelar oleh Kajoetangan Woodcraft, Komunitas Bakarang Dau Woodworker, dan Difabel Creative Community (DC²).(foto dokumen).
"Jadi memang rencannya sudah dua bulan sebelumnya. Mungkin beliau tahu dari sana, kemudian sehari sebelum acara katanya Bapak Menteri mau datang, saat itu saya pesimis karena pasti agenda beliau padat. Tapi ternyata benar-benar datang, jadi waktu itu kaget. Dan saat itu suasana juga tidak formal untuk menyambut menteri," kenang Rully.
Artikel Terkait: harga semen 2019
Tak hanya itu, ia juga mengatakan bahwa pelatihan tersebut adalah kerja sama dari Kajoetangan Woodcraft, Komunitas Bakarang Dau Woodworker, dan Difabel Creative Community (DC²). Acaranya pun gratis tanpa dipungut sepeserpun. "Jadi itu semuanya tidak ada orientasi profit sama sekali. Semuanya gratis," imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar